Berkorban Demi Konsumen di Masa Krisis
Ekonomi Indonesia tengah mengalami penurunan satu tahun terakhir ini. Beberapa perusahaan mengambil kebijakan yang tidak populis seperti stop berekspansi, menaikkan harga jual produk, mengurangi ukuran produk, hingga mengurangi jumlah karyawan. Beberapa bisnis bahkan ada yang gulung tikar karena terus merugi. Yang paling terkena dampaknya memang perusahaan yang tergantung dengan impor karena harus menggunakan dollar dalam transaksinya.
Perusahaan yang mengandalkan bahan baku impor pun kena pukulan yang berat karena rupiah terus melemah. Saya sendiri tidak tahu kapan kondisi ini akan berakhir. Saya juga belum melihat tanda-tanda situasi ini akan stabil, apalagi pemerintah kita belum terlihat sepak terjangnya untuk menghadapi kondisi ini. Belanja pemerintah juga berkurang. Hal ini diperparah dengan menurunnya daya beli masyarakat. Berbeda dengan kelesuan ekonomi pada 2008, di mana daya beli masyarakat tetap kuat.
Kendati demikian, para pelaku franchise harus tetap optimis di tengah kondisi seperti sekarang. Saat ini mereka dituntut untuk melakukan berbagai inovasi dan terobosan bisnis. Stamina mereka juga harus kuat jangan ikut-ikutan loyo. Mereka harus memiliki daya improvisasi, inovasi, dan terus melakukan pembaharuan. Tanpa itu sulit akan bertahan.
Para pelaku franchise yang biasa agresif berekspansi mungkin untuk sementara harus diperlambat, atau bahkan harus stop dahulu kecuali internal bisnisnya sudah kuat. Mereka juga jangan gegabah melakukan pengurangan karyawan, karena bagaimanapun mereka aset yang menjadi senjata ketika masa sulit ini berlalu. Karena bagaimanapun tidak mudah mencari karyawan yang loyal dan faham bisnis. Daripada memangkas karyawan perusahaan lebih baik melakukan efisiensi di beberapa lini.
Beberapa pelaku bisnis memang ada yang memilih menaikkan harga. Ada pula yang menurunkan kualitas produk. Menurut saya dalam kondisi ini pelaku bisnis jangan sekali-kali menurunkan kualitas. Kalau harus menurunkan harga akan repot memang.Yang bisa mereka lakukan adalah bertahan saja, terutama yang berkaitan dengan makanan. Lebih baik dia mengurangi margin bisnisnya, berkorban dahulu untuk konsumen dengan tidak mengambil keuntungan tinggi seperti biasanya.
Tapi saya terkejut dengan franchise asing yang masih tetap banyak masuk ke Indonesia. Mereka malah lebih agresif. Mungkin mereka melihat ekonomi Indonesia masih aman-aman saja. Beberapa merek asing yang akan masuk ke Indonesia adalah merek franchise dari Spanyol. Mereka ada yang mau menggandeng grup besar yang di dunia franchise sudah tidak asing lagi namanya. Dari Korea juga akan banyak yang mau masuk. Tidak semata-mata franchise makanan tapi juga bidang lainnya yang akan masuk dari Korea.
Namun demikian, saya menganjurkan kepada fara calon franchisee yang ingin berinvestasi di bisnis franchise saat ini untuk pilihlah sektor bisnis yang tidak terkena dampak ekonomi global. Contohnya adalah bisnis yang mengandalkan produk impor.
Perusahaan franchise yang mengandalkan produk impor pastinya tengah kelimpungan saat ini karena harus membeli dengan dollar. Sementara dia menjual produknya di Indonesia dengan rupiah. Maka itu pilihlah franchise lokal yang notabene tidak mengandalkan bahan baku dan produk impor atau franchise asing yang tidak terkena dampak krisis global.
Sektor bisnis yang menjadi kebutuhan sehari-hari adalah yang bisa dipilih calon franchisee, karena sektor tersebut tetap jalan meski ekonomi tengah lesu. Sektor bisnis pendidikan dan kecantikan juga masih cukup prospek. Mungkin yang sedikit lesu adalah jasa binatu, kurir service. Sebab beberapa masyarakat lebih baik nganter sendiri barangnya daripada menggunakan jasa kurir. Yang dulu naik taksi sekarang milih naik Gojek.
Anang Sukandar ? Ketua Asosiasi Franchise Indonesia
Tidak ada komentar: