Bree Chocolateria Kafe Spesialis Cokelat dari Surabaya
Ketersediaan kakao di dalam negeri yang berlimpah membuat potensi bisnis cokelat terbuka lebar untuk digarap. Salah satu produk olahan kakao yang populer saat ini adalah minuman. Itu sebabnya, kini makin menjamur gerai-gerai yang menawarkan minuman cokelat sebagai menu utama.
Dengan racikan besutan tangan pria bernama lengkap M. Sunni Akbar, cokelat yang biasa dikonsumsi dengan olahan makanan atau minuman, kini terasa mewah disulapnya menjadi sebuah kafe yang menjadi tren anak muda untuk kongkow.
Usahanya yang berdiri sejak 2010 ini adalah hasil metamorfosis dari brand awal bernama Suoklat. Pada tahun 2015 ini, di-re-branding menjadi Bree Chocolaterie. Mendirikan usaha ini diawali atas hobby sang istri Sunni Akbar dalam hal membuat kue ataupun memasak, kemudian lebih ia seriusi hingga berbuah hasil menjadi kafe.
“Kami mengawali dengan sistem konsinyasi dengan beberapa toko dengan produk retail , jadi awalnya hanya menitipkan produk. Pada 2011 kami berkesempatan membuka outlet open counter di salah satu mal di Surabaya, kemudian pada 2012 kami membuka café di Jl Gubeng Kertajaya 7c/56, Surabaya,” ujar pria akrab sapaan Sunni ini.
Konsep gerai Bree Chocolaterie dikemas dengan kafe yang sangat elegan menyasar segmen anak muda dan kalangan dewasa. Selain minuman cokelat menu yang ditawarkan lainnya adalah makanan-makanan penutup alias dessert bercitarasa cokelat sebagai pasangannya.
Menurut Sunni, keunggulan minuman cokelat miliknya adalah bahan baku cokelat yang merupakan produksi sendiri, sehingga rasanya berbeda dari produk lain. Ada sekitar delapan menu minuman cokelat yang ditawarkan seperti chocolat pur, cerise du chocolat, sea salt caramel, dan aneka dessert. Kisaran harga mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 35.000 per porsi.
“Di Bree Chocholateria menawarkan konsep café dan chocolate boutique, di mana saat ini banyak yang bermain di kopi. Kami hadir berbeda dengan fokus di bidang cokelat,” Jelas pria kelahiran Surabaya, 11 April 1986 ini.
Paket investasi untuk kerja sama menjadi franchise senilai Rp 350 juta. Dengan investasi tersebut franchisee sudah mendapat berbagai fasilitas biaya lisensi merek selama lima tahun, sistem usaha, SOP, bahan baku awal cokelat, peralatan dan perlengkapan masak, kursi, meja dan furniture lainnya, pelatihan karyawan, dan peralatan promosi.
“Investasi sebesar itu belum termasuk biaya sewa tempat, dan biaya renovasi. Gerai Bree Chocolaterie bisa berada di pusat perbelanjaan atau perkantoran, dengan gerai minimal luas tempat 150 meter persegi (m²),” ujarnya Sunni.
Sunni mentargetkan penjualan tiap outlet Bree Chocolaterie sekitar Rp 7 juta per hari atau Rp 182 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya operasional, franchisee masih bisa meraup laba bersih sekitar 20% dari omzet. “Dengan perkiraan estimasi tersebut, balik modal bisa dicapai kurang lebih 23 bulan-26 bulan,” bebernya.
Jika kontrak kerjasama habis, biaya kerja sama selanjutnya ditentukan selanjutnya. Manajemen Pusat mengutip biaya manajemen sekitar 5% dari omzet tiap bulan. Mitra wajib membeli semua bahan baku cokelat dan tepung premix kue dari pusat.
“Franchisee dapat bantuan support start up awal hingga outlet running yang sudah dibuktikan dengan 2 outlet kami. Sedlain itu support lanjutan akan tetap di bawah pantuan tim kami, yang berkaitan tentang promosi, hal tersebut dan sudah terbukti berjalan sejak 4 tahun silam,” tutupnya.
Tidak ada komentar: