Tips Mengelola Waralaba Gerobak
Dalam memasarkan usaha dengan bisnis model berupa gerobak secara waralaba, prinsip yang dipegang adalah sama seperti para Franchisor lainnya, yaitu “menjual” bisnis dengan target market adalah orang-orang yang ingin berbisnis menggunakan bisnis model berupa gerobak yang diminatinya. Dan bisnis apapun juga yang dipasarkan secara waralaba/ 11, tetap merupakan sebuah duplikasi atas sebuah sukses bisnis untuk dapat dijalankan oleh orang lain. Walaupun 11 memiliki resiko kegagalan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan bisnis yang dirintis sendiri, ada hal yang sering dilupakan orang. Hal tersebut adalah bahwa sekecil apapun resiko bisnis tersebut, tetap harus di“momong”, diberi perhatian dan dirintis. Tidak ada perintisan bisnis yang tiba-tiba sukses dan atau besar dengan sendirinya. Franchise, berasal dari kata Francorum Rex, terjemahan bebasnya adalah mandiri. Artinya bisnis yang dipasarkan secara franchise adalah mandiri. Mandiri dimiliki oleh Franchisee. Tugas Franchisor adalah hanya memberikan support berupa Nama Besar (dalam bentuk branding, sistem serta prosedur), Pemasaran (baik bagi merk sendiri maupun tata cara memasarkan jasa atau produk yang diwaralabakan serta pemilihan lokasi operasi yang jitu) dan Training (pelatihan operasional dan entepreneurship, termasuk problem solving). Sisanya harus dikerjakan oleh Franchisee sendiri. Ini adalah bisnis model yang umum dibuat oleh Franchisor, yaitu di mana Franchisee dimintakan terlibat dalam operasi bisnis tersebut atau umum disebut Owner Operator. Dalam usaha dengan bisnis model memakai gerobak, tidak pernah terpikir oleh “investor” atau Franchisee untuk mengoperasikan gerobak tersebut sendiri. Franchisor pun dalam menduplikasikan sukses bisnisnya, walaupun sadar bahwa bisnis model tersebut tidak akan dijalankan oleh Franchisee, tidak mempertimbangkan bahwa dengan mengganti “operator” pada bisnis model tersebut dengan wakil owner, “desain” kontrol bisnis yang dibuat belumlah terbukti sukses. Hal yang lebih sulit lagi adalah bahwa Franchisee yang “membeli” bisnis model tersebut selalu menyatakan bahwa bisnis yang dibelinya adalah bisnis sampingan atau hanya untuk “income” tambahan. Menjalankan bisnis, tidak ada istilah sampingan. Semuanya perlu dijalankan dengan sepenuh hati. Jarang orang yang sukses dapat menjalankan hal tersebut. Bila sudah memiliki penghasilan dan ingin sekedar menambah penghasilan sampingan (dengan sekedar berinvestasi), pilihlah instrumen yang sesuai, misal deposito, saham dan lain-lain. Bila ingin berganti cara mendapatkan penghasilan, baru cocok memilih 11. Untuk itu, bila bisnis dengan memakai gerobak ingin dipasarkan secara waralaba, maka perlu dipertimbangkan (atau di desain) bisnis model seperti apakah yang sesuai dengan “gaya investor”-nya. Untuk itupun perlu dilakukan Pilot Project terlebih dahulu, sehingga didapat pengalaman yang memadai. Bila sukses, barulah dapat difranchisekan. Perlu diingat, banyak terjadi para Franchisor yang memiliki bisnis model memakai gerobak berpikir, bahwa sesuai dengan harga investasinya yang kecil, maka tidak dibutuhkan sebuah organisasi untuk menjalankannya, cukup seorang “superman” atau “wonder woman” saja, maka semua akan beres. Padahal, dengan investasi atas bisnis model yang relatif tidak besar tersebut, malah akan membutuhkan sebuah organisasi Franchisor yang sangat kuat, karena akan sangat banyak “investor” yang mau mencoba-coba atau membelinya. Hal lain yang perlu diingat, dengan investasi yang “tidak besar” tersebut, banyak “investor” yang merasa tidak sayang bila bisnis tersebut bangkrut/ mati. Rasa tidak sayang inilah yang sangat berbahaya bagi pemilik bisnis (Franchisor), karena brand/ merek yang dibangunnya dengan susah payah akan dengan mudahnya tergeletak mati di pinggir jalan ditinggalkan oleh pemiliknya (Franchisee). Semua ini memerlukan perhatian dan tindakan Franchisor untuk menjaga citra dari merek dagangnya, di mana kuncinya adalah pada organisasi, sistem manajemen dan cara memilih calon Franchisee-nya. Belum lagi, bahwa pada umumnya berusaha dengan bisnis model gerobak memiliki jumlah produk jualan yang sangat terbatas, nyaris single product, di mana data menunjukan bahwa single product jarang yang dapat sukses bila diwaralabakan, sehingga untuk mengatasinya, dalam organisasi Franchisor diperlukan sebuah divisi R&D yang rajin dan jeli untuk dapat terus mengembangkan produk-produknya. Tidak sederhana, tapi bila dilakukan dengan sungguh hati, pasti menghasilkan sesuatu sukses yang luar biasa. Royandi Yunus, IFBM Consulting
Tidak ada komentar: