Ads Top

Industri Franchise Jangan Jalan di Tempat !!!






Indonesia adalah Negara yang sangat makmur dan memiliki letak geografi yang sangat strategis. Negara ini berada di antara samudera pasifik dan samudera hindia, juga benua Australia dan asia. Kita juga mempunyai lingkungan yang ramah. Alamnya sejuk, tanahnya subur, ditunjang oleh Sumber Daya Alam yang besar. Jadi Indonesia punya segalanya untuk menjadi Negara besar. Tapi mengapa perekonomian kita tidak semaju China, Jepang, India, Singapura dan Negara asia lainnya. China hanya butuh 22 tahun untuk mengalahkan Jepang. Negara tirai bambu itu hanya kalah dari Amerika Serikat. Lalu mengapa Negara kita yang sudah merdeka selama 69 tahun masih belum bisa bersaing dengan Jepang, bahkan Singapura sekalipun. Kita juga tertinggal dengan Korea Selatan. Maka tidak aneh jika industri franchise jalan di tempat dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai bukti, saya mencari sekitar 75 waralaba lokal saja untuk diajak road show bersama Ciputra, itu aja susah sekali. Malah ketemunya hanya 60 usaha yang benar-benar franchise. Selebihnya masih berada pada level business opportunity. Kita berharap pemerintah yang baru nanti bisa lebih memperhatikan industri franchise, khususnya franchise lokal. Mengapa? Karena industri franchise bisa mendorong UKM ke arah yang lebih maju lagi. Waralaba seperti Es Teler 77, TX Travel, Bakmi Naga Resto, Apotek-K24, dan sebagainya kan adalah UKM yang berkembang menjadi usaha franchise. Waralaba juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga menunjang ekonomi domestik. Makanya, di Negara-negara lain pemerintahnya sangat serius memperhatikan industri franchise. Setiap pameran franchise setidaknya yang datang sekelas menteri jika presiden berhalangan. Di Malaysia yang membuka pameran franchise dulu Mahathir Mohamad, dan kalau sekarang Perdana Menterinya. Di Singapura yang buka Menteri, Filipina yang buka Menteri, kadang Presiden. Di Korea Selatan yang membuka pameran Perdana Menterinya. Sedangkan di Indonesia paling tinggi pejabat yang datang adalah Direktur Kementrian Perdagangan, itu juga seringkali dihadiri oleh wakilnya. Harusnya pameran franchise yang buka itu Presiden atau Wakil Presiden. Kalau tidak bisa ya Menteri lah. Karena dari situ bisa dilihat seberapa penting industri ini di mata pemerintah. Setidaknya, lewat pameran pemerintah pusat memperhatikan industri ini. Memang, Kementerian Perdagangan belakangan mulai aktif membuat program pembinaan dan memfasilitasi pameran di dalam negeri maupun di luar negeri. Tapi itu saja belum seberapa jika dibandingkan dengan program bantuan yang digalang oleh pemerintah seperti Singapura misalnya. Selain pameran dan pembinaan, Pemerintah sana juga menanggung biaya konsultan sekitar 75% bagi pelaku usaha yang ingin mengembangkan usaha franchise. Begitupun Malaysia, Pemerintah Malaysia membuat program pengembangan franchise delapan (8) tahun. Pemerintahnya memberi pinjaman biaya 100 ribu ringgit untuk pengusaha yang mengembangkan waralaba. Sekitar 15% dari biaya tersebut nantinya dihibahkan. Selain itu, Pemerintah Malaysia juga mengembangkan micro 11, yaitu membina usaha-usaha kecil dari daerah untuk dikembangkan jadi franchise. Mereka diberikan 17 ribu dollar untuk mengembangkan usahanya menjadi franchise dengan mengambil sebagai contoh model usaha yang sudah berhasil seperti misalnya di daerah Jakarta ada Nasi Uduk, gado-gado Bubur Ayam. Di Semarang ada Tahu Pong, Lumpia jalan. Di Cirebon Nasi Jamblang, Tahu Gejrot, Empal. Padang ada Es Tebak, Rujak, Soto Padang dan sebagainya. Anang Sukandar Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.