Ads Top

SHARED –VISION






Saat Jokowi memperkenalkan pemikiran dan visinya tentang “Revolusi Mental” di kala pilpres lalu, beliau memperkenalkannya dengan berbagai cara, baik melalui tulisan di harian umum terkemuka, di berbagai kesempatan tatap muka, maupun di social media secara bersamaan waktunya. Sehingga para pengikutnya segera dapat mengetahui apa yang dipikirkannya mengenai konsep Indonesia di masa depan dan apa yang akan dilakukannya seandainya dia menjadi Presiden nanti. Visinya mengenai “Revolusi Mental” ini segera mendapatkan pro dan kontra, tetapi membuat orang berusaha memahami, membedahnya dan mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga membuat visinya ini menjadi popular dan dipahami dengan mudah dari semua kalangan. Apa yang dilakukan oleh Jokowi sering dalam dunia akademisi di sebut Shared vision (berbagi visi). Dengan share vision membuat terciptanya common language (perspektif yang sama), yang akhirnya menghasilkan common goal. (tujuan yang sama) Dalam dunia bisnis shared vision sangat penting untuk menciptakan bisnis proses yang kompentitif, efisien dan mengurangi friksi antar kepentingan karena memiliki tujuan yang sama. Perusahaan yang mampu melaksanakan shared vision dari top management hingga ke front line akan mampu bergerak lebih cepat (faster) dari kompetitor, akan lebih lincah (agile) menghadapi perubahan dunia bisnis yang sangat dinamis. Setiap perubahan menuntut kita untuk selalu ada proses pembelajaran. Learning speed dibutuhkan tidak hanya dari perusahaan dalam menghadapi tantangan di sekitarnya, tetapi juga mampu mempercepat proses learning di dalam kelompok/divisi/department /unit kerja sehingga akhirnya mampu mendorong proses pembelajaran dari masing masing individu. Dalam dunia bisnis, khususnya dunia franchise apa yang menjadi competitive advantage dari perusahaannya tidaklah dapat berlangsung lama. Sudah kita lihat dalam sejarah tidak ada raja yang abadi, tidak ada produk yang abadi, yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri. Apa yang sekarang menjadi trend seperti trend makanan jepang kemudian diikuti dengan trend makanan korea, tentulah tidak ada yang abadi. Apa yang menjadi trend saat ini dengan smartphone yang membuat kita terhubung 24 jam dengan dunia luar secara virtual, suatu saat ada saja inovasi baru yang akan membuat orang tertarik berpindah ke “mainan baru” yang lebih memunculkan kemanusiaan kita yang sekarang sangat individualis ini. Jika sekarang retailer berlomba-lomba menyediakan open 24 jam, night-sales, bisa saja kedepannya malah hanya dibuka di jam tertentu atau hari tertentu karena tidak efektif dll. Begitulah hidup manusia dengan life style-nya. Preferensi manusia selalu berubah, sama seperti fashion, komunikasi, makanan dan lain lain. Pertanyaannya adalah apakah kita perlu membuat strategic long planning jika kemudian nanti strategi perusahaan berubah ubah?? Tentu saja perencanaan pengembangan organisasi tetaplah mutlak dibutuhkan. Hanya sekarang semua entitas bisnis harus pandai mengelola disruptive change. Perubahan teknologi, inovasi dan lainnya membuat perusahaan mampu membuat perubahan yang sifatnya tidak terencana, harus mampu membuat adaptasi sebagai reaksi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Adaptasi perubahan (adaptive change) ini tidak akan berhasil jika tidak didukung dengan shared vision secara cepat sehingga mampu menterjemahkan visi dan goal yang ingin dicapai. Dengan sudah memiliki common goal, maka akan sangat mudah mempercepat proses pembelajaran. Setiap perubahan yang dilakukan hingga transformasi yang melibatkan perubahan budaya perusahaan, menuntut perubahan tidak hanya di tatanan organisasi tetapi hingga ke unit terkecil sekalipun. Dunia franchise adalah dunia yang hypercompetitive. Kita bisa melihat franchise lokal bermunculan. Jika ada yang menjadi favorit, dalam sekejap segera ditiru oleh pemain baru lainnya dengan cepat. Franchise lokal umumnya dimulai dengan skala UKM sehingga masih belum memilki platform bisnis proses yang baik. Franchisor lokal akan sangat membutuhkan kekompakan team kerjanya bersama dengan karyawannya. Relasi kerja masih sering bersifat kekeluargaan. Di kala bisnis semakin berkembang tentu franchisor harus mulai berbenah menata organisasinya. Jadi apa yang membuat kita harus bertahan dengan bisnis yang sudah ada ? Tentu selama kita masih merasa ada nilai lebih (advantage) bagi perusahaan, kita tentu tidak membuat keputusan buru-buru untuk merubahnya. Tetapi signal-signal ancaman ini harus membuat para owner bisnis untuk mencari peluang baru, menemukan inovasi sehingga selalu satu langkah di depan kompetitor follower-nya. Dinamika yang terjadi di lapangan harus selalu peka dan menjadi bahan pemikiran bersama. Peran leader dari top management hingga ketua kelompok harus mampu menggiring team-nya, bahkan perahu perusahaannya untuk mampu melakukan perubahan, baik perubahan yang bersifat perlahanlahan dan sebagian ataupun yang transformatif dan menyeluruh. Tidak ada kata kunci yang penting untuk dapat berhasil melewati gelombang perubahan ini selain dimulai dengan shared vision. Dengan demikian diharapkan perahu yang akan merubah destinasi tujuan diketahui oleh semua yang duduk di dalam perahu sebelum perahu tersebut bergerak. Tentunya di saat sudah tercipta pemahaman bersama, perubahan seberat apapun akan dapat diterima oleh semua karyawan yang ada. Semoga. Ir. Mirawati Purnama MSi. ? Director Change-Mate Consulting




Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.