“Let's Wash The Dishes”
Akhirnya kita memasuki penghujung akhir 2014. Banyak harapan yang sudah berbuah, walaupun masih ada PR yang tertinggal. Di saat waktu tinggal dalam hitungan hari saja sebelum kita berpindah tahun, kita memiliki dua alternatif sikap yang mengiringi kegiatan kita di bulan Desember ini. Pertama, adalah “let it go”, sikap untuk merelakan semua impian yang belum terlaksana dan menerimanya sebagai kenyataan yang sudah terjadi dan ingin bergegas menyongsong lembaran baru di tahun 2015 nanti. Sikap ini didasari bahwa setiap kesulitan yang ada diterima sebagai bagian dari proses pembelajaran hidup dan bersyukur terhadap apa pun hasil yang sudah terjadi sepanjang tahun ini. Kedua, adalah “still fight”, sikap untuk pantang menyerah, “janur belum berkembang’, masih ada beberapa minggu lagi yang diharapkan masih ada keajaiban dan harapan untuk mampu menutup tahun 2014 ini dengan “cantik”. Sikap ini didasari bahwa setiap hari adalah anugerah yang harus kita perjuangkan, bahwa setiap kesempatan tidak akan datang kedua kalinya. Semua pilihan dikembalikan kepada gaya para wirausaha. Ada yang memiliki sikap yang pertama: let it go, sehingga jangan heran di pertengahan minggu kedua sang pengusaha sudah memutuskan untuk melakukan rehat dan berlibur bersama keluarga nya hingga awal tahun baru. Di lain pihak ada yang memiliki sikap kedua: still fight, sehingga dalam pengaturan kegiatannya belum memiliki rencana berlibur/bersenang–senang dahulu karena masih banyak pekerjaan besar yang harus dilakukan di minggu minggu terakhir ini. Saat penulis menulis artikel ini, kondisi industri dan pabrikan sedang “hangathangatnya”. Sejalan dengan kenaikan BBM beberapa waktu lalu, penyesuaian UMK menjadi issue setiap penghujung tahun yang semakin panas dan belum tahu kapan kondisi kondusif dapat tercipta secara stabil. Sudah lebih dari 5 tahun ini terjadi “ritual” tarik menarik antara kepentingan antara pengusaha dan kaum buruh. Hari hari ini menjadi lebih berat, karena kita masih perlu menunggu kalkulasi final dan melihat kesepakatan UMK yang baru dan penyesuaian BBM yang akan berdampak secara efek domino kepada komponen bahan baku dan pendukung dalam rantai produksi setiap usaha yang kita lakukan. Kita perlu melakukan kalkulasi ulang untuk business plan 2015 dengan adanya dinamika diakhir tahun ini. Ini lah yang saya sebut sebagai “piring kotor yang harus dibersihkan”. Banyak PR yang harus dikejar sebelum awal tahun menjelang, seperti mengkalkulasi penyesuaian harga dari seluruh supplier kita beserta pendukungnya, merevisi target penjualan, mengkalkulasi ulang investasi yang akan dilakukan, juga menghitung ulang remunerasi karyawan baik untuk buruh maupun efek sundulan kepada golongan staf dan karyawan yang lebih tinggi jabatannya. Sudah tidak relevan lagi jika sikap pengusaha untuk menghadap kondisi ini “think and act as usual ”. Dibutuhkan semangat, spirit dan leading by example dari top management maupun owner untuk mau bekerja keras di antara lesunya semangat yang ada diantara karyawan akibat kondisi ketidak pastian dan cenderung chaos ini, agar semua pekerjaan yang tertinggal ini dapat dibereskan pada waktunya. Waktunya memang tidak banyak, sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar dari semua team dan kelompok kerja supaya mereka tidak merasa ditinggalkan. Tahun 2014 memang tahun yang berat untuk kita semua. Baik dari pihak owner, pemilik perusahaan maupun bagi human capital untuk tetap bisa mempertahankan kinerja optimal diantara semua kesulitan yang terjadi. Penjualan sesudah Hari raya Idul Fitri yang merosot begitu tajam hingga bulan November ini belum kembali normal, memiliki trend yang berbeda dibandingkan tahun tahun sebelumnya akibat daya beli konsumen yang rendah dan gonjang ganjing politik. Hal ini membuat lesunya semangat investor, pemilik usaha untuk mngembangkan bisnisnya. Tentu saja ini semua akan berdampak terhadap profitabilitas keuangan perusahaan, dan akan ujungnya mempengaruhi semangat kerja para karyawanya. Bagaimana dengan bisnis franchise? Saya kira kita tetap harus optimis melihat kedepan. Kita tetap menggerakan semangat kita sendiri dan menjadi inspirasi seluruh team dan semua karyawan untuk tetap still fight, - bukan malah go flight, karena hanya dengan semangat pantang menyerah bisnis franchise akan tetap eksis. Walau mungkin kita terpaksa mereduksi target opening outlet yang dicanangkan sebelumnya, tetapi kita tetap tidak patah semangat untuk terus melakukan inovasi di outlet outlet kita yang existing. Perlu analisa dan refleksi untuk melihat dan membedah secara detail dan mempertanyakan setiap outlet yang tidak berjalan dengan maksimal. Ada 3 hal yang dapat dilakukan sebagai alat diagnosa untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja outlet sbb : 1) audit secara finansial 2) audit proses supply chain, baik pemasok, produksi maupun supporting,3) audit kinerja human capital. Audit no 1 dan 2 sudah tidak perlu dijelaskan lagi secara detail. Audit ketiga ini merupakan hal yang tidak bisa diabaikan karena bagaimana mungkin akan mampu mencapai target bisnis plan tahun depan jika kita tidak tahu “pasukan tempur kita” seperti apa kualitasnya. Kita sebagai pemilik bisnis franchise perlu untuk tahu apakah karyawan kita dapat mampu disebut sebagai human capital, yang setara seperti kita memperlakukan asset capital lainnya atau hanya sebagai cost centre yang membebani kita untuk bergerak bersama meraih cita cita perusahaan yang lebih baik, tidak hanya untuk kemakmuran perusahaan saja tetapi juga untuk kesejahteraan semua karyawan. Jika itu terjadi, maka tidak perlu lagi kita melewati hari hari yang melelahkan dan chaos, seperti kejadian demo buruh turun ke jalan hari ini karena sudah terbentuk trust diantara pengusaha dan karyawan. Hidup akan pasti lebih indah tampaknya. Semoga. Ir. Mirawati Purnama MSi. ? Director Change-Mate Consulting
Tidak ada komentar: