Ads Top

Hadiri Pameran Franchise di New York Sekaligus Mengundang Petinggi IFA








Sebelum ke New York untuk menghadiri pameran franchise, saya bertemu dengan Menteri Perdagangan RI, Thomas Lembong. Saya tidak sendiri, tetapi bersama Andrew Nugroho (Es Teler 77), Veronica Linda (Neo Organizer), Bije Widjajanto (Benwarg Consulting), dan Erry Erlangga (Dyandra). Pertemuan tesebut bertujuan untuk membicarakan persiapan World Franchise Summit Indonesia 2016 (WFSI).

Pasalnya, event WFSI ini akan menjadi hajatan terbesar franchise di Indonesia. Acara tersebut akan dihadiri oleh perwakilan franchise dari berbagai belahan dunia. Mereka berkumpul melakukan seminar dan conference untuk membahas industri franchise dunia, juga merancang program kerja sama antara negara-negara Barat, Asia, Eropa dan Amerika.

Indonesia sendiri baru pertama kali menggelar World Franchise Summit. Sebagai tuan rumah, Indonesia sudah diusulkan oleh negara-negara yang tergabung dalam Asia Pacific Franchise Confederation untuk menjadi tuan rumah sejak lama, namun baru 2016 kita bisa menggelar event ini. Kita juga rencananya akan menggelar Asia Pacific Franchise Confederation tahun ini, sebagai pertemuan pembukaan WFSI.

WFSI akan digelar pada 21-27 November 2016 di JCC, Senayan. Rangkaian kegiatan selama satu minggu itu akan diisi oleh pertemuan Konferensi Asia Pasifik pada hari pertama. Pada hari kedua dan ketiga akan diisi oleh kegiatan World Franchise Conference yang akan dihadiri oleh ketua dan perwakilan asosiasi franchise dari berbagai negara.

Kembali kepada pertemuan Meteri Perdagangan RI. Sebelum bertemu dengan Pak Menteri, saya berkirim surat terlebiih dahulu untuk menginformasikan, bahwa kita akan jadi tuan rumah dari Asia Pacific Franchise Confederation dan Seminar Franchise Internasional. Saya mengatakan, event ini harus menjadi sesuatu yang gaungnya menarik para investor maupun pelaku franchise.

Kita juga sepakat bahwa Pemerintah akan menjadi Co Host pada acara WFSI. Kalau bisa Presiden juga bisa ikut. Pak Menteri sendiri sudah bersedia melaporkannya pada Presiden RI. Mudah-mudahan pak Presiden mau ikut karena ini kesempatan supaya dunia bisa melihat. Sebab event ini dinilai penting bukan saja dari segi investasi, tapi juga dari segi pariwisata yang akan mengundang pihak luar sebagai speaker. Pak Menteri diminta untuk mengundang pembicara dari luar negeri yang sudah kita rekomendasikan. Beliau sudah menyatakan setuju.

Selain itu, bulan lalu saya juga menghadiri pameran franchise di New York, Amerika Serikat. Selain menghadiri undangan, misi saya ke sana juga sebetulnya ingin mengundang para petingggi asosiasi franchise yang hadir di sana untuk ikut WFSI. Di sana saya juga menyebarkan brosur, setelah izin dengan ketua International Franchise Association (IFA), Aziz Hashim.

Aziz Hashim adalah Chairman IFA yang dulunya franchisee yang sukses mengembangkan usaha franchise. Dia seorang imigran dari Pakistan, dan menetap di Amerika lalu mendirikan bisnis NRD Holdings pada 1996. Pada 2014, dia mendirikan NRD Capital, yang fokus pada konsep bisnis waralaba serta menawarkan peluang untuk para franchisee. Perusahaanya tumbuh lebih dari 60 restoran, di antaranya mengembangkan beberapa merek franchise seperti Popeyes®, Domino Pizza dan Checkers / Rally Drive-In Restoran, Inc® dan sebagainya.

Waktu bertemu Aziz, saya minta dirinya untuk menghadiri WFSI dan menjadi key speaker. Dia bilang bersedia dan business wise tidak ada masalah. Saya katakan, nanti pemerintah yang akan mengundang, yaitu Menteri Pedagangan RI, Thomas Lembong. Sekali lagi saya minta dia datang dan topiknya nanti akan kita bahas. Dia sangat positif sekali, apalagi saya bilang Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia.

Begitu juga dengan Josh Merin, International Business Development IFA. Saya juga bertemu dengan dirinya di sela-sela business macthing. Dia mengatakan kepada saya boleh mencari franchise dari US. Nanti kita hadirkan di World Franchise Summit. Dia mau dan bersedia menjadi salah satu panelis di WFSI.

Selanjutnya, saya juga bertemu dengan Scott lehr, mantan Internasional Buesiness Relations, IFA. Dia pernah memimpin delegasi amerika ke Indonesia. Dulu ia sempat meminta data-data franchise Indonesia sebelum datang ke sini. Tak lupa saya meminta dia datang ke Indonesia untuk menghadiri WFSI. Di tempat yang sama, saya juga bertemu dengan Chico, dari Italian Franchise Association. Dia cerita tentang bisnis dibeli oleh Louis Vuitton. Dia tengah mencari usaha di bidang pet shop. Saya mengundang dia juga untuk datang ke WFSI.

Pameran franchise yang di gelar di New York sendiri sangat meriah. Pesertanya ada sekitar 420 brand dari Amerika, Kanada, Jepang, Korea, Indonesia, dan negara lainnya. Namun peserta paling banyak dari Amerika Selatan. Dari Meksiko dan Brazil juga banyak.

Saya juga mengundang beberapa merek asal Amerika melalui kedutaan, diantaranyaCinnabon, The Melting Pot, Ascot Hotel dan sebagainya dengan menyebarkaban brosur. Saya juga sempat ngomong dengan Climbing Zone, Samurai Rich dari Jepang dan beberapa merek lainnya seperti Onigiri, Kaizen dam lainnnya.

Terakhir, misi saya sebagaimana Ibu Sri Agustina meminta melalui Ibu Fetnayati untuk memberikan informasi terkait dengan World Trade Organization (WTO) yang mensomasi Indonesia karena memberlakukan  aturan franchise, diantaranya membatasi 150 gerai pembatasan waralaba asing untuk kemudian disubfranchisekan. Kami menyampaikan bahwa aturan tersebut untuk demonopoli, karena monopoli  is not franchising. Namun mereka (pihak Amerika) memang menyayangkan kenapa mesti dimasuki ke regulasi.

Usulan saya waktu itu, kalau masuk sebagai franchise, kan statusnya franchising, ya harus disubfranchiskean tidak boleh company owned. Oke awalnya boleh, tapi tidak boleh terus-terusan, apalagi dipegang franchise asing itu tergolong perusahaan besar seperti KFC, Pizza Huts, Starbucks, dan sebagainya.

Kalau ada regulasi, kata pihak IFA sana itu  berarti un friendly regulation, peraturan yang tidak bersahabat. Lihat saja Malaysia, Singapura, memang tidak ada regulasinya kok. Mereka memang menyalahkan monopoli, tapi tidak dimasukan di regulasi. Namun cukup dipanggil saja. Yang jadi masalah ialah, ia dulu masuk sebagai usaha franchise.

Saya memang tidak bicara secara formal, tapi saya sudah sampaikan ke IFA. Cuma posisinya seperti apa kita tidak bisa pastikan. Mestinya WTO pasti akan minta pendapat IFA, dan  itu yang sudah saya sampaikan.

Pemerintah Amerika memang sangat mendorong pertumbuhan bisnis franchisenya. Dulu pada tahun 1994, kalau ada orang ambil franchise Amerika seorang franchisee tersebut dapat Green Card. Itu dilakukan pemerintah Amerika supaya mendorong mereka beli franchise Amerika. Pemerintah Indonesia sekarang harusnya terus mendorong pertumbuhan waralaba.





Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.